(7 Wonders) 17’an di Penanjakan, Bromo


see you again Bromo... see you again Bromo…[/caption]
Jam 09.00. Sahabat, Seperti yang sudah kami rencanakan, 16 Agustus 2013 kami berangkat ke Bromo. Melewati jalur Kediri-Pare suasana jalanan ramai lancar, sempet harus mampir ATM dan apotek di Pare untuk persiapan di bromo nanti. Menyusur pelan sekitar 60-80 KPJ , kamipun menikmati jalur Pare-kandangan-Malang. Suasana mudik masih terasa sekali di jalur ini, rombongan mobil plat luar kota, serta sesekali nampak rombongan sepeda motor mahasiswa yang akan menuntut ilmu di Malang menemani perjalanan kami.
BBM yang terisi Rp.50.000 pada Selasa kemarin harus diisi ulang kembali, isi full Rp.50.000,- di SPBU Ngantang sembari melemaskan badan. Petualangan kali ini saya sengaja tidak memakai box, selain mengganggu handling, keberadaan box malah akan memperberat beban si Scorpio jadul. Begono.. :mrgreen:

Jam 11.45 kami mampir di masjid baiturrahman, barat Polsek Pujon untuk melaksanakan sholat Jum’at. Air dingin dari air wudhu mampu menghilangkan capek selama 2 jam perjalanan. Alhamdulillaaahhh.
Beli bekal air mineral 600ml di Alfamart Pandesari, Pujon dan kamipun melanjutkan perjalanan via Gn.Banyak-Songgoriti-Batu, sampai di pertigaan Beji kami ambil kiri melewati jalur Karangploso.

Jalur Karangploso-Karanglo sekarang sudah diperlebar, sehingga terlihat sedikit lengang, namun kami harus tetap waspada dengan angkot yang berhenti mendadak atau aktivitas warga yang masih terlihat ramai. Masuk jalur padat dan ramai karanglo, keputusan untuk hanya memakai tank bag Nusantara large dan ransel kecil sangat tepat. sayapun bisa bermanuver bebas melibas padatnya jalur Karanglo-Lawang-Purwodadi-Purwosari. wusss.. wusss..

Lapar mulai melanda, atas recommend nyonya akhirnya makan di sebuah warung yang masih keliatan baru. Well, disini menu lele goreng yang kami makan terasa asin.hahaha.. Namun ya dengan harga yang wajar, kamipun tetap bersyukur masih bisa mengisi perut sebelum berpetualang ke Bromo.

mulai masuk Tosari.. Lengang

mulai masuk Tosari.. Lengang


Jalur ke Bromo bisa melewati Tumpang, Nongkojajar atau juga Tutur, namun ketika kami akan melewati jalur-jalur tersebut, warga sekitar yang kami tanyai menyarankan untuk lewat jalur biasanya saja. Jalur yang biasa saya lewati adalah Kejayan-Gondangwetan-Pasrepan-Puspo dan Tosari. Daripada ada sesuatu, kamipun mengikuti insting alamiah petualang.

Di kejauhan ketika mulai masuk Gondang dan Pasrepan, mendung gelap terlihat di pegunungan Tengger. Ya Allah semoga tidak hujan. Dan ternyata, hujan telah selesai mengguyur bumi ketika kami naik jalur Pasrepan-tosari. Suasana terasa sangat sejuk, sayapun membuka kaca helm dan berjalan pelan.. ya Allah nikmat sekali. Beberapa kali terdengar suara burung dan ada jjuga burung jalak serta perkutut yang berkeliaran di jalanan depan kami. That’s why I Love Indonesia.. Oh ya untuk melibas tanjakan, Terios merupakan salah satu jawabannya. Dengan durasi gigi perseneling yang mudah melibas tanjakan, dijamin kenyamanan akan semakin bertambah. Namun sayang sekali jika anda naik dengan memakai mobil, maka harus stop dan parkir di Parkiran wonokitri.
Untuk urusan menginap kami rencananya akan menginap di Tanjung, well.. ternyata setelah kami survey, jaraknya masih jauh dengan area Penanjakan sahabat. Atas bantuan warga sekitar, kamipun bisa menginap di dekat parkiran dengan biaya Rp.150.000,- . Tentunya, harga tersebut sudah termasuk fee dia. Segera check in dan sholat ashar. GPS # (S7 53.552 E112 54.675)

jalan-jalan di Wonokitri

jalan-jalan di Wonokitri


17.00, masih terlihat terang di kawasan Wonokitri, walau mendung sudah mulai turun kami menyempatkan jalan-jalan sekitaran wonokitri. Ketika ingin naik ke Penanjakan, teryata kabut sudah mulai terlalu tebal untuk kami lewati, kamipun turun kembali, parkir kendaraan di penginapan dan menikmati sore di warung mas Budi yang terletak masih di seputaran tempat parkir wonokitri.
andalkan Telkomsel dan Indosat disini ya dulur

andalkan Telkomsel dan Indosat disini ya dulur


Sore menjelang dini hari kami isi dengan istirahat, jalan-jalan sekitaran penginapan, ngobrol dengan warga sekitar, nonton tv, mengaji dan online via smartphone. haahaha.. 😆 untungnya malam itu ada film transformer di Trans TV. jadi sedikit mengobati kebosanan kami. Oh ya, keberadaan jaringan Telkomsel dan Indosat yang merupakan jaringan selular andalan saya membuat jalur komunikasi tidak terputus. Untuk yang lainnya?? tewas..
penajakan saat itu.. RAME

penajakan saat itu.. RAME


Dinginnya malam itu membuat saya beberapa kali terbangun, maklum ora kebagian selimut, diserobot kabeh sama nyonya dan jaket tebal yang biasa saya pakai waktu itu sama istri suruh digantung saja, lha kok yo manut ae ra dipake.. 😆 Padahal ini bukan pertama kali kesini. Suara kendaraan tengah malam mulai terdengar ramai, dan jam 02.00 dinihari kami bangun, sholat Tahajjud dan bersiap-siap untuk ke berpetualang ke penanjakan.

Warga Tengger yang konon katanya berasal dari keturunan Roro Anteng dan Joko Tengger bisa kita liat melipatkan sarung ke lehernya, dan selembar sarung cukup untuk membuat mereka hangat. Warga disekitar sini mayoritas Hindu, namun disini kita juga bisa menemukan Musholla, jadi buat sahabat muslim jangan khawatir.

03.00 wib dinihari. Setelah sahabat membayar portal Rp.23.000,- (2 orang dan 1 motor) kamipun mulai menyasar menaiki penanjakan. Deru motor dan jeep warga menyatu di gelapnya pagi dinihari 17 Agustus itu. Beberapa kali saya harus memberi kesempatan mereka yang lebih beringas melahap tanjakan ataupun terkadang melewati kendaraan-kendaraan yang kepayahan naik. Pio terparkir, dan kamipun mulai menyusuri jalan setapak menuju gazebo pandang di dekat tower. Sembari menunggu matahari terbit kami mengobrol dan online, hihihi..

Dan whola.. semburat pengunjung yang jumlahnya sangat banyak, berpacu dengan munculnya semburat warna merah dari ufuk timur. Istri sayapun langsung merangsek ke depan, dia begitu menikmati sunrise pagi itu lama sekali. Dengan bergelantungan di pagar pembatas, dengan cara itu dia bisa dapat tempat melihat sunrise dan pemandangan hamparan pegunungan Batok, Bromo dan Semeru sebagai latar belakangnya. Sayanya hanya bisa online dibelakangnya sambil ngelirik-ngelirik bule cakep. Bhuahaha.. maklum, mau liat ya sudah full orang.

namun begitu kita masih dapat menikmati keindahan 7 Wonders di Jawa Timur ini, barisan Gunung Semeru, batok dan bromo terlihat indah dihorison..

Merah Putih

Merah Putih


Seorang anak muda berinisiatif untuk naik ke pagar dan mengibarkan bendera Merah Putih. Kami yang ada disitu serentak menyanyikan lagu Indonesia Raya. Terima kasih para pahlawan, Alhamdulillah ya Allah dengan nikmat kemerdekaan ini, kami bisa menikmati negeri Indonesia yang indah ini, walau kebobrokan masih saja ditunjukkan oleh pemimpin bangsa ini.
akhirnya honeymoon juga di Bromo.

akhirnya honeymoon juga di Bromo.


Diparkiran ketika ambil motor akan ke lautan pasir, saya bertemu dengan 2 orang teman dari Nusantaride. Salam kenal ya mas.
Kami mulai menyusuri jalanan turun curam menuju lautan pasir, masih ingat dulu melibas jalur ini disaat dinihari dan jalanannya masih makadam dengan Aziz warung DOHC. Si Pio yang kampas koplingnya dah waktunya ganti dan ban gambot, bener-bener memaksa mesin si PIO. Akhirnya terjadilah aksi dorong.wkwkwk..
lautan pasir

lautan pasir


Sampai di lautan pasir, Foto-foto beberapa waktu, berlatih nyetir di jalanan pasir dan menikmati alam. Ramainya pengunjung membuat istri saya males untuk mendekat ke Bromo. Kamipun naik kembali ke Wonokitri untuk mandi, check out dan melanjutkan perjalanan ke Malang.
nyoto di Gondang

nyoto di Gondang


Kami rencana turun via Purwodadi, namun kami terhadang oleh upacara di Tosari. So akhirnya lewat jalur awal kembali.
jam 10.32. Kami sarapan soto Lamongan depan SMPN Gondang wetan, rasanya jan nyuss.. enak dan lumayan.
#koordinat GPS (S7 42.192 E112 54.081). Memasuki Purwosari scorpio kembali isi premium Rp.50.000,-, dan ketika sampal Lawang, kamipun dihadapkan dengan kemacetan parah sampai pertigaan Karanglo. Dan sayang sekali, akhirnya teman-teman Jatimotoblog tidak bisa menyusul kami ke bakso bakar Pak Man. #GPS (S7 58.138 E112 38.036)
Oskab Bakar pak Man
Setelah kenyang makan bakso, kamipun ke Pasar Klojen untuk berbelanja oleh-oleh keripik tempe dan juga keripik Nangka di Toko 29 kota Batu GPS (S7 52.179 E112 31.348). Kemudian sholat Dhuhur dan diteruskan Ashar di Masjid Baiturrahman dan kemudian pulang ke kediri
peta perjalanan

peta perjalanan

This entry was posted in adventure, batu, box, GPS, hobbies, humaniora, kopdar, kuliner, malang and tagged , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

61 Responses to (7 Wonders) 17’an di Penanjakan, Bromo

  1. ekomoker says:

    weleh,ternyata pio kuat juga yaaaaaaa ngangkut sikomo
    wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk 😀
    #kaborrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr 😀

    Like

  2. ipanase says:

    aku kapan ya rono 😦

    Like

  3. dhanicsetio says:

    wwaaa…pengennnn

    Like

  4. pak tarno says:

    waaaa sama nyonya ya mas, enaknya kalo si nyonya juga suka ngelayap. tapi ngenes kalo si nyonya tipe orang yg gak suka jalan jauh-jauh 🙂

    dulu, (duluuuuuuu) waktu tower-tower itu masih sedikit tampak pemandangan begitu alaminya, tapi sekarang tower itu seakan menghalanginpemandangan.
    apa gak bisa ditaroh tempat lain ya? selain di sudut pandang favorit itu tentunya

    Like

    • touringrider says:

      Sebenernya bisa disamarkan pak. Sy sewaktu ke Malaysia dulu BTS dissna disamarkan dengan bentuk pohon.

      Btw, istri sebenernya gak suka pak. Rewel.. tapi ndak tau, kemaren kok mau. Mungkin krn da ngidam pengen kesana.

      Like

  5. Indra says:

    keren masbro, inspiratif buat riding bareng nyonyah… 😀

    Like

  6. ochim kim says:

    mancaaab…kalo pake supra x 125 kira2 kuat nanjak ga mas??

    Like

  7. Han:D says:

    Pengeeenn… tp gak weruh dalane…

    Like

  8. athelete ora kuat iki nggo munggah mrene 😦

    Like

  9. abdoe maggi says:

    kepingin ksana tapi ga kuat adem 🙂

    Like

  10. Adhitya Ramadian says:

    nggarai pengen, kangen nang bromo maneh…hiks…3x kesana, sekali 1x naik px 150 enak banget, lancar jaya

    Like

  11. omanfaqod says:

    jalan kesana aja udah seneng dg pemandangan sekitar 🙂

    Like

  12. kang ealmee says:

    numpak prima kuat ra mas ?

    Like

  13. Mas Wiro says:

    CS1 karo Supra 125 bolak-balik mrono
    Sehat…insya Allah kuattttt…

    🙂

    Like

  14. Sigit says:

    catet.. sukmben pas selo dolan..

    Like

  15. yonk says:

    Pulangnya mending turun lewat coban pelangi – poncokusumo – Tumpang – Malang.
    Kalau dari lautan pasir kearah timur habis lewati gunung Bromo belok ke arah kanan/selatan, biasanya disana banyak anak2 main motor trail. Lewat tanjakan tapi gak begitu tinggi seperti tanjakan kearah gunung penanjakan, cm agak jelek jalanya. Setelah lewati tanjakan belok kanan (klu kekiri kearah ranu gumbolo), Saya rasa agak dekat klu lewat sana

    Like

  16. banghendri says:

    mantap masbro
    jadi pingin ngebolang lagi sama istri :mrgreen:

    Like

  17. rung tau mrene 😥

    Like

  18. andhi_125 says:

    wih…seneng-e mrgreen:
    karo hanimun

    Like

  19. potretbikers says:

    WOW, hadir juga jadi pesertaaa…..pengennnnnnn 😆

    Like

  20. Han:D says:

    sabtu minggu lalu br aja ke bromo mas. rem blakang pek blong 3x. bbm jg lumayan irit, 12 literan lewat slatan kbon raya ktimur trs nongkojajar..

    Like

  21. Pingback: bromo the paradise! eps :hanimun | gakkreatip

Leave a comment