Di tengah keramaian dan geliat ekonomi di sentra bisnis Jl.Dhoho, Kediri, di seberang/ sebelah barat dari Stasiun Kediri kita bisa menemukan salah satu situs Islam bersejarah di kota Kediri. Setelah menyelesaikan sholat Maghrib dan berdzikir, sembari menunggu sholat Isya’ dan tarweh, saya pun berjalan ke arah barat masjid. Di sebelah barat Masjid ada pendopo yang dibangun diatas susunan pondasi yang bernama “gedhong dhuwur”. Di sekitarya adalah makam warga sekitar, konon katanya ada makam Amangkurat III, namun malam itu saya belum sempat menemukannya.
Makam Syekh Al- Wasil Syamsudin atau Mbah Wasil, yang konon menurut penelitian merupakan penyebar agama Islam pertama di Kediri terletak di pojokan utara dari komplek makam kuno di depan masjid Auliya’ Setono Gedong. Berdasarkan studi literatur siapa sebenernya beliau masih simpang siur. Ada yang menceritakan bahwa beliau utusan dari Istambul yang membantu para Walisongo berdakwah. Ada juga kisah yang menceritakan bahwa beliau adalah penasehat Spiritual Raja Joyoboyo. Kini makam tersebut ramai dikunjungi, bahkan sejak 2003 makam tersebut menjadi salah satu tujuan ziarah.
Dalam berziarah kubur banyak orang yang Tidak Paham menyalahkan pelaku atau bahkan ada pelaku sendiri yang memang salah dalam berniat. Nabi sendiripun mewajibkan kita untuk mendoakan dan memberi salam ketika melewati sebuah makam. So, niat mereka yang meminta kepada yang dimakamkan harus dirubah dan diluruskan. Esensi ziarah adalah mendoakan mereka yang sudah meninggal. Do’a tetap harus terpanjatkan kepada Allah SWT. Jika memang mereka mempunyai hajat tertentu, niatnya adalah agar do’a kita tersampaikan dan di-amini oleh orang sholeh yang kita ziarah’i. Mereka para waliyullah adalah orang yang dekat dengan Allah, Dan dengan sarana berdo’a di tempat ini, do’a kita akan tersampaikan oleh waliyullah, wakil-wakil Allah. Ingat dilarang Sholat di atas Kubur/makam. Sehingga masjid yang di depannya/ baratnya ada makam bukannya harus dihindari.
Dulu ketika masih tahun 2001 menurut saya, ke-kuno-an makam tersebut masih terlihat. Kini di kanan kiri lorong menuju makam, banyak yang berjualan kopi dan gorengan yang menurut TR lebih mirip lorongnya Ampel Surabaya.
Adzan isya’ pun berkumandang saatnya mengambil wudhu dan sholat berjamaah. ohya, Disini tarwehnya 20 roka’at, dengan 3 rokaat witir. Oh ya berhubung acara belanja istri saya di Dhoho sudah selesai so i’tikafnya hanya dapat 30 menitan doang.hehe.. Starter scorpio, infaq parkir Rp.1000,- kemudian pulang.
Semoga berkenan..
betul bro ,,,, orang mati kok dimintain tolong,,, yang betul ya didoaken 😀
LikeLike
Hahaha
LikeLike
😀
LikeLike
Hahahahaaa…..bisa saja orang – orang ini…. 😆
LikeLike
Loh..ada apa kang?
LikeLike
fenomena yang terjadi memang seperti itu. Orang-orang pada berziarah jauh-jauh untuk meminta kekayaan, dan lain-lain. Seharusnya berziarah itu untuk mendoakan si almarhum dan mengingatkan kita atas kematian.
LikeLike
Jozz mas. Harusnya gitu..
LikeLike
senangnya bisa beribadah di dekat para waliyullah..walaupun cuma makamnya.. 🙂
http://bakulkangkungjpr1.wordpress.com/2013/08/07/renungan-akhir-ramadhlan/
LikeLike
Jember akeh kyai kok mas
LikeLike
betul…
LikeLike
sandal jepitq wingi ilang nek kono pas dzuhuran 😦
LikeLike
Buahaha… gak pake trik seh
LikeLike
trik sing kepiye mas, digembok ta sandale 😀
LikeLike
Wah yo ora. Taruh sandal kiri didepan. Kemudian yang kiri di utara masjid deket wudhu kae. Wong nyolong mesti pikir2, nyolong kok sisih thok. Wkwkwk.. paham khan mksdku mas?
LikeLike
buahahahaha, masuk – masuk 😆
LikeLike
Hihihi… ini selalu sy praktekkan.
LikeLike
waw
LikeLike