Saturday Riding : Jombang dan Makam Gus Dur

kulakan dulu bro..

Setelah sholat dhuhur, TR dan istri melaju melewati Gurah-Pare-Badas-Gudo-Cukir dan kemudian Jombang kota. Jalur Kediri-Pare- Jombang terlihat sudah mulai rame, maklum weekend tentunya banyak orang yang berpergian, apalagi tanggal muda. Tujuan ke Jombang kali ini buat kulakan alias beli jilbab di pasar Jombang. Harga barang di toko ini lumayan murah loh bro sist.. makanya, walau lumayan badan TR agak capek, dibela-belain berangkat. Ganbatteeee!!!

Setelah memesan barang yang kita butuhkan (rencananya seminggu lagi pesanan baru ada), si Pio menyusuri jalanan belakang pasar.. Yaaa, dimana saja, kok pasar itu klo abis ujan, becek bin kotor binti joroknya mesti terlihat parah. Tak terkecuali juga yang terlihat di belakang pasar Jombang.

Istri nawarin makan. Jujur TR gak minat, lha wong badan kurang fit. Namun sepiring nasi campur daging dan es jeruk akhirnya habis masuk ke perut. 😆 oh ya kita makan siang menjelang sore di Warung Nikmat. Lha kok ya pas mau masuk ketemu bapak-bapak yang tanya motor Scorpio TR. Ya ngobrol-ngobrol dulu.. “saya suka mas sama scorpio, motor yang tangguh buat perjalanan jauh!” , kata bapak itu. ” saya juga punya, tapi tahun 2012.” yo jelas pak… 2005 aja klo dirawat masih enak, apalagi masih tahun baru.wekekekek

Gak afdol jika jauh-jauh ke Jombang trus pulang. Muter-muter akhirnya mampir di swalayan aksesoris HP. Ahamdulilah, berbekal uang pinjam istri akhire beli charger seharga Rp40.000,- yang dicolokin ke lighter. Tentunya hal ini sangat membantu TR yang sering riding/ driving antar kota.

Berhubung istri belum pernah sama sekali ke Tebu Ireng/ makam Gus Dur, kamipun sempatkan sowan. Bertepatan ketika selesai parkir, adzan ashar berkumandang. Bergabung sholat dengan para santri, ada rasa kedamaian tersendiri. Maklum, keluarga besar TR banyak yang lulusan dari pondoknya Hadratus Syeikh mbah Hasyim Asyarie.
Masuk ke areal pesarean, tawasul dan mendoakan para waliyullah, rasane nangis… Ya Allah. Tr berdoa, agar secara pribadi dan anak cucu nanti tetap dalam Iman, Islam dan Ihsan, selalu bisa men-siarkan dan meneruskan perjuangan Mbah Hasyim Asyarie. Dan semoga niat ziarah ke Tegalsari dan Sewulan yang masih tertunda bisa segera terlaksana. aamiin..

Pondong Sang Kyai kini, TBI terlihat wah..

oh ya, Ponpes TBI atau Tebu Ireng, dibawah asuhan Mbah Sholah/ Gus Sholahuddin wahid berkembang secara pesat terutama dalam hal pembangunan. Bangunan utama masjid yang asli adalah yang paling tengah atau masih berlantai tegel. beliau juga masih menyisakan gutek’an (kamar santri) yang bermodel tingkat dari kayu di sebelah utara makam. Areal makam yang dulunya tertutup 2 bangunan gutek’an, kini semakin terlihat luas dan terang. Suasana hening yang dulu biasa TR rasakan, berubah menjadi agak ramai, semenjak Gus Dur dimakamkan disini. Tak henti-hentinya, peziarah datang dari seluruh pelosok negeri, karena beliau adalah Guru Bangsa yang dikenang baik oleh lawan maupun kawan. Dan kakek beliau, Hadratus Syeikh sendiri mempunyai murid yang tersebar di seantero negeri.
Semooga mereka yang berziarah dan bertawasul, tidak melenceng niatnya.

Setelah lama mendo’akan para Auliya, saatnya pulang menyusuri Cukir-Blimbing- Gudo- Kunjang- Bogo- Pagu dan Kediri. Alhamdulillah, hujan sudah selesai mengguyur Kediri, dan kamipun sampai di rumah bertepatan adzan Maghrib.