RR : Air Terjun Sedudo, an Expected Riding

Sedudo

Byuh, duren maning? yo weslah gak papa gak mama, lagian waktu saat itu masih menunjukkan waktu sekitar pukul 10.00 wib. Setelah menyelesaikan urusan di kantor, istri mengajak untuk hunting duren di Sawahan, Nganjuk. Menyusuri jl.Mastrip ke arah Loceret suasananya agak ramai karena ada truk tangki gas Pertamina. Sampai di Loceret suasananya ramai sekali, nggak tau minggu itu warga sana ada acara apaan. jalan pelan-pelan untuk menghormati warga sekitar, lepas dari itu langsung werrr..

Menyusuri kecamatan Loceret, berbek dan kemudian jalanan mulai menanjak setelah Pasar berbek, si pio digeber pelan-pelan saja, entah berapa kecepatannya, namun putaran mesin TR jaga di kisaran 4000-5000 rpm. Ah sejuknya, menikmati jalanan berkelok-kelok nan lumayan halus.

kali Kuncir

Masuk ke Kuncir sempat berhenti sebentar untuk ambil gambar di kali Kuncir yang saat itu sedang mengalir deras. Well, untuk jembatan kunir kok gak ada lanjutannya ya? terakhir kesana sekitar tahun 2010’an masih dalam proses pembangunan, sekarang mangkrak.

Mountain Road ahead

Setelah nyebrang, ambil arah ke Sawahan, di kanan kiri jalan banyak yang jualan duren. Lha saya kok males buat berhenti, “ntar aja diatas belinya, di pasar sawahan saja”. lanjut..
Memasuki kecamatan Sawahan mencoba mengingat-ingat lokasi areal persawahan yang pernah saya kunjungi, sayang nihil, sampai balikpun tidak menemukan lokasinya, kayaknya dah banyak lupa nih.

Ngliman.. Its close to Sedudo waterfall

Nun jauh disana terlihat 3 garis putih menghiasi pegunungan Wilis, ah air terjun apa saja itu?? ada yang tahu? Masuk ke kawasan pasar sawahan, mata mencoba menyapu pandangan, “ada yang jualan mas, durennya banyak”, lha kok saya bilang : “ntar aja, jalan-jalan ke sedudo yuks”. Ya wes, istri manut.. lanjut lagi.

Karena banyak berhenti untuk putu2 alias ambil foto. Di beberapa titik tanjakan si Pio sempat kehilangan moment Torque, ya akhirnya ngerambat pake gigi-1, dibalap sama motor matic warga sekitar. ya wes gpp..qiqiqiqi 😆

sedudo ticket

Sampai di Pintu masuk, kita akan ditarik retribusi Rp.5000/orang. motor Rp.1000 dan diatas akan ditarik lagi untuk parkir sebesar Rp.3000,- per motor. Biasanya, saya akan membeli gorengan dulu buat camilan makan, namun ya karena istri saya ndlujur wae alias turun terus ya wes ngikutin turun langsung. Disini banyak yang jualan makanan, ada musholla dan toilet bersih. Walau siang itu yg jaga toilet gak ada, setidak-tidaknya ninggalin uang seikhlasnya buat ngisi kotak’an. Oh ya, jangan lupa membuang sampah ke tempat sampah ke tempatnya ya, banyakkkk sekali. Biar selau terlihat bersih.

Air turun dengan deras dari ketinggian sekitar 105 meter, buliran air yang menabrak tebing batu terpecah menjadi buliran lembut yang menyapa wajah. Dingindan segarrr.. “alhamdulillah, setelah 8 tahun kerja di Nganjuk, akhirnya bisa ke Sedudo” Ujar istri saya.hehehe.. saya mah dah 2 kali ini atuh bunda. 😉

nasi jagung

Hawa dingin menyeruak, saya tertarik untuk membeli nasi jagung dan krawu dengan lauk menjes.Saya kira harganya bakalan mahal, eh ternyata cuman Rp.3000/porsi. Istri memesan krupuk pecel. Duduk di pendopo menikmati makan dengan ditemani semilir angin dan anak-anak muda yang lalu lalang sedang berpacaran. Mantab dah..

Jam sudah menunjukkan waktu 13.30. Saatnya pulang.. naik tangga yang gak seberapa banyak saya ngos-ngosan, dan sekarang masih terasa njaremnya.wkwkwk.. kurang olahraga nih. 😆 Terlihat beberapa bikers yang sudah sepuh baru datang, dilihat dari plat nomernya tetangga-tetangga dari Kediri kota nih. Sempat disergap gerimis ketika turun di seputaran kecamatan Sawahan, namun terang kembali di Berbek. TR ambil jalan belok potong jalur cepat lewat Pace, dan akhirnya TR harus berhujan deras ria ketika Tarokan-Rumah.

Ahh, jadinya gak jadi beli duren nih??? wkwkwkwk 😆