DR : Menikmati Senja di Banyu Biru Rawa Pening, Report to Salatiga-Semarang Part.1


Senja di Rawa pening

Setelah menyiapkan kendaraan, jam 9.00 kamipun meluncur menuju ke Kediri dulu untuk mengambil Charger HP yang ketinggalan.

Sekitar 10.05 si putih meluncur ke arah barat, melewati Banyakan- Tarokan-Pace dan kemudian Nganjuk. Sampai Loceret saya ambil jalur kiri melewati Candi Muda. Siang itu suasana jalanan Kediri-Nganjuk lengang sehingga perjalanan terasa lancar.

11.18 mulai memasuki Alas Saradan. Jalanan padat merayap, so harus ekstra konsentrasi untuk menyalip agar terlepas dari kepadatan. Masuk kota Caruban ambil jalur pintas via Karangjati.

ambulance pemerintah isi Pertamina DEX

11.37, istirahat sebentar di SPBU sebelah RSUD Caruban untuk cuci muka dan ke toilet. Setelah itu kembali melaju menuju barat ke arah Ngawi. Setelah pertigaan jalur Ngawi-Bojonegoro kamipun mengisi solar si putih, oh ya selama perjalanan tadi sejak dari Caruban, banyak SPBU yang Solarnya habis.

13.01. Kami sampai di Rumah Makan Swalayan Mantingan untuk makan siang dahulu. Menunya sederhana saja, Oseng kacang panjang, ikan patin, tempe dan segelas Es Jeruk.

12.45. Perjalanan dilanjutkan melewati tapal batas Propinsi Jateng dan Jatim. Masuk Sragen, jalanan lumayan padat, sehingga jalan pelan sekitar 60 km/jam saja. sampai di Masaran belok ke kanan ke arah Plupuh untuk tembus ke Gemolong.
Selama melewati jalur Masaran- Plupuh- Gemolong terlihat kebun-kebun yang mengering dan pecah-pecah tanahnya.
Di jalur berkelok dan sempit ini saya harus berhati-hati, pertama karena banyak jalanan yang agak rusak, kedua karena bertepatan dengan anak sekolah buyaran sehingga ramai sekali.

Gemolong dilanjut ke barat ke arah Karang gede. sekitar pukul 15.23 kami sudah melewati jalur Suruh, Boyolali.
dan pukul 15.55 kami sudah sampai Terminal Tingkir untuk bertemu seorang teman petani.

16.31. Dari Tingkir, perjalanan dilanjutkan ke arah kota Salatiga, lanjut menuju arah kecamatan Pabelan.Suasana sore itu sudah redup, karena memang hari sudah mendekati gelap.

Kami sempatkan mampir ke petani setempat yang juga perangkat desa, di rumah beliau kami disambut dengan kehangatan khas orang desa dan disuguhi jajanan yang buanyak. Alhamdulillah.

Setelah menitipkan motornya, kamipun menjadi bertiga di dalam kabin si putih, melanjutkan perjalanan ke arah Banyu Biru. Melewati sumber air “muncul”, “bukit Cinta” yang konon, sumber ini adalah lokasi tepatnya Baru Klinthing mencabut lidinya. Wallahu”alam. Di Banyu biru tersebut banyak sekali kolam pemancingan dan yang menjual ikan segar. Wah, kapan-kapan perlu dicoba.

18.00. Gelap sudah menggelayut di lereng Gunung Telomoyo dan Merbabu. Mentari mulai tenggelam di ufuk barat, di balik Gunung Ungaran. Di sebelah selatan terlihat Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu dan Gunung Gajah Mungkur yang gagah masih terlihat, memantulkan sisa-sisa bias sinar petang itu.

Lampu-lampu di perkampungan penduduk mulai dinyalakan dan petani-petani mulai pulang ke peraduannya. Namun saya harus melakukan pengecekan ke sawah, sebelum matahari benar-benar gelap. Jelas saja, saya mendapat pandangan aneh dari warga sekitar.hahahaha.

Dan malampun sudah menyelimuti kawasan rawa pening ketika kami kembali ke parkiran. Terlihat nun jauh disana kemerlap lampu dari rumah-rumah di lereng Gunung Ungaran.

bagaimana cerita selanjutnya… next di Part.2

This entry was posted in adventure, hobbies, humaniora, Semarang, work and tagged , , , , , , , . Bookmark the permalink.

13 Responses to DR : Menikmati Senja di Banyu Biru Rawa Pening, Report to Salatiga-Semarang Part.1

  1. ipanase says:

    enake, check opo kui lek

    Like

  2. #99 bro. says:

    jadi kangen mulih solo3,

    Like

  3. Ari CX Rider says:

    nek tekan smrg kontek2

    Like

  4. bejo says:

    Pak penilik…awas bajunya kotorr hihihi

    Like

Leave a comment